Senin, 17 Mei 2010

AIR SUSU IBU (ASI)

1. Definisi

Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. (Depkes RI, 2005) Pemberian ASI adalah periode ekstra gestasi dengan payudara sebagai “plasenta eksternal”, karena payudara menggantikan fungsi plasenta tidak hanya dalam memberikan nutrisi bagi bayi, tetapi juga sangat mempunyai arti dalam perkembangan anak karena seolah-olah hubungan anak-ibu tidak terputus begitu dia dilahirkan ke dunia. Demikian pula dengan memberikan ASI sedini mungkin segera setelah bayi lahir, merupakan stimulasi dini terhadap tumbuh kembang anak. (Soetjiningsih, 1994)

2. Komposisi

Komposisi ASI terdiri berbagai macam zat-zat yang sangat dibutuhkan oleh bayi, di antaranya adalah tauri, Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA), beberapa zat protektor penting serta zat-zat gizi lainnya seperti tabel 1 pada lampiran.

Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak terdapat dalam ASI dan tidak terdapat dalam air susu sapi. (Depkes RI, 2002) Taurin berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk maturasi sel otak. (Depkes RI 2002) Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa efek dari defisiensi akan berakibat gangguan pada retina mata. (Depkes RI, 2002)

Air susu ibu mengandung banyak asam lemak tidak jenuh berantai panjang (LCPUFA), selain LA dan ALA yang esensial, juga terdapat AA dan DHA yang sebenarnya dapat disintesis dari LA dan ALA. (Suradi R, 2001; Tangkilisan H. A. dan Lestari H, 2001) Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty-acids) diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. DHA dan AA yang terdapat dalam ASI, jumlahnya sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak dikemudian hari. Disamping dapat diperoleh secara langsung, DHA dan AA dalam tubuh dapat disintesa dari substansi pembentuknya yaitu masing-masing dari omega 3 (Asam Linolenat) dan omega 6 (Asam Linoleat). (Depkes RI, 2002)

Kemudian, untuk faktor-faktor protektif, di antaranya adalah imunoglobulin, lisozim, laktoperiodase, faktor bifidus, faktor anti stafilokokus, laktoferin dan transferin, komponen-komplemen, sel makrofag dan netrofil, lipase serta lekosit.

Imunoglobulin terdiri dari lgA, lgM, lgD dan lgE. (Hadi, 2005) IgA kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum dibandingkan dengan ASI. Sekretori IgA tidak diserap, tetapi melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus dalam saluran pencernaan. (Depkes RI, 2002)

Lisozim terdapat dalam ASI sebanyak 6 – 300 ml/1.000 ml dan kadarnya bisa meningkat hingga 3.000 – 5.000 kal lebih banyak dibandingkan kadar lisozim dalam susu sapi. Enzim ini mempunyai fungsi bakteriostatik terhadap enterobakteria dan kuman gram (-), juga berperan sebagai pelindung terhadap berbagai macam virus. (Hadi, 2005) Enzim ini aktif mengatasi bakteri E. coli dan Salmonella. (Depkes RI, 2002) Peran laktoperiodase bersama dengan perokdase hidrogen dan tiosianat akan membantu membunuh streptococcus. (Hadi, 2005)

Faktor bifidus merupakan karbohidrat yang mengandung nitrogen. Mempunyai konsentrasi di dalam ASI 40 kali lebih tinggi dibanding dengan konsentrasi yang ada di susu sapi. Fungsi faktor ini untuk mencegah pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan, seperti kuman E.coli patogen. Sedangkan faktor anti stafilokokus merupakan asam lemak dan melindungi bayi terhadap penyerbuan stafilokokus. (Hadi, 2005)

Laktoferin dan transferin, protein-protein ini memiliki kapasitas mengikat Fe / zat besi dengan baik hingga mengurangi tersedianya zat besi bagi pertumbuhan kuman yang memerlukan. (Hadi, 2005)

Sistem komplemen dalam ASI terdiri dari 11 protein serum yang dapat dibedakan satu sama lain dan dapat diaktifkan oleh berbagai zat seperti antibodi, produksi kuman dan enzim. Komplemen C3 dan C4 terdapat dalam ASI. Dalam kolostrum terdapat konsentrasi C3 lebih tinggi hingga dalam keadaan aktif merupakan faktor pertahanan yang berarti. (Hadi, 2005)

Sel makrofag dan netrofil dapat melakukan fagositosis itu terhadap Stafilokokus, E.coli dan Candida albicans. (Hadi, 2005) Sedangkan lipase merupakan zat antivirus (Hadi, 2005)

Selama dua minggu pertama ASI mengandung lebih dari 4000 sel per mil lekosit. Terdiri dari tiga macam yaitu : a. Bronchus-Asociated Lymphocyte Tissue (BALT) yang menghasilkan antibodi terhadap infeksi saluran pernafasan, b. Gut Asociated Lymphocyte Tissue (GALT) yang menghasilkan antibopdi terhadap saluran pencernaan., c. Mammary-Asociated Lymphocyte Tissue (MALT) yang mneyalurkan antibodi melalui jaringan payudara ibu. Sel-sel ini yang memproduksi Ig.A, Laktoferin, lisosim dan interferon. Interferon menghambat virus tertentu. (Depkes RI, 2002)


3. Produksi ASI

Menurut produksinya ASI dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu kolostrum, ASI transisi dan ASI matang. Kolostrum adalah ASI yang keluar hari pertama sampai hari ke-4/ke-7. Cairan seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih ini lebih menyerupai darah daripada susu, sebab mengandung sel hidup yang menyerupai “sel darah putih” yang dapat membunuh kuman penyakit. Air susu ibu (ASI) transisi adalah ASI yang keluar sejak hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke-14. Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi, dan volume akan makin meningkat. Sedangkan yang terakhir adalah ASI matang (Mature) merupakan ASI yang keluar setelah hari ke-14, dengan komposisi relatif konstan. (Utami R, 2005)


"Subhanalloh..Maha Besar Alloh, Alloh menciptakan manusia dengan detail yang masing-masing memiliki peran luar biasa.. bahkan kasih sayang seorang ibu yang tergambar dari adanya ASI....



"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS.Ar-Rahman:13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar